Selasa, 13 Agustus 2013

Menyamar Demi Sang Kekasih

"Ayah, apakah dia tidak bisa tinggal disini tyus?" tanya polos anak kecil usia tiga tahun.
"Kelak kalian akan bertemu hingga kautak mengenalnya lagi, tapi sekarang biarlah dia mandiri dalam hidup bersama orangtuanya" Jawab ayah tegas.

                             ---------- 10 tahun berlalu ----------
Kamar seorang perempuan dengan dentuman musik yang keras.
" Nak, pelankan.. Ibu sedang sakit kepala" Perintah Wanita tua.
" Apa nek? Sina kurang dengar" Goda sang cucu.
Masuklah nenek ke kamar Sina, Terburu-buru Sina sang cucu berlari kearah sang nenek.
Muuuaaaach "Sina sayang nenek, hehe" Bisiknya.
                     "Aduh cucu nenek kok semakin nakal sich" Jawab sembari tersenyum bahagia.
Keesokan paginya sang cucu siap berangkat. Sina panggilannya, berpamitan langsung berlari meninggalkan rumah hingga menabrak seorang dijalan.
"Eh ma..maaf uda nabrak ka..kamu" katanya sembari lontarkan senyuman.
" Iya,aku gak apa-apa kok, kamu ada yang terluka gak? kamu yang nabrak malah kamu yang jatuh" tanya sang cowok.
"tidaklah, ini aku baik-baik saja" jawabnya. "Aduuuh sakiit" keluhnya saat akan berdiri.
Karena merasa kasian, sang cowok menggendong Sina. Di sepanjang jalan hingga kesekolah, mereka mengobrol diatas becak.
Sepulang sekolah. "Kakek, aku seneng banget tadi..." dia menceritakan semua yang terjadi tadi pagi ke kakekku.
Hal tersebut berlangsung hanya selama tiga hari, dan saat hari keempat Sina menantinya di tempat yang sama didepan rumahnya untuk menanyakan biodatanya.
" uhh kakek, dia hari ini tak datang" jawabnya cemberut.

-------- Seminggu berlalu.
"Anak-anak, ada murid baru yang ingin memperkenalkan dirinya harap diperhatikan" perintah Ibu guru.
"hai teman-teman, nama saya Udin. Senang bertemu dengan kalian deh.." kata murid baru sambil cengar-cengir. " Apa ada yang ingin bertanya, anak-anak?"tanya Ibu Guru.
"Enggaklah bu, dia aja orangnya kaya begitu, cemong. haha" hina salah satu murid.
Udin adalah seorang cowok yang memakai kacamata besar, bajunya lusuh, rambutnya dirapikan membelah dua, kancing baju di kancingin semua hingga atas, kulitnya coklat pudar, berjerawat.
karena merasa malu, dia dipersilakan duduk oleh Ibu guru di belakangku.
Bel pertanda istirahatpun bersuara. Teman-teman mengejeknya dan menertawakannya.
"Udah..udahlah kalian keluar aja jangan ganggu teman baru kita ini. Buat dia nyaman senyaman dengan kita" Cetusnya. Sesaat mereka keluar, diapun ikut keluar bersama dengan yang lainnya.
" Kamu mau kemana? belum saatnya, tunggu disini" jawabnya yang kemudian membelikannya jajanan.
" ini jajan buatmu, makan dan jangan canggung. Aku keluar dulu, butuh apa-apa bilang aja" Saran Sina kepadanya. Dijawabnya dengan tersenyum manis.

-------- Setahun telah berjalan,
"Hai Sina, nggak nyangka ya kita berteman udah setaun. Ada yang mau aku tanyain dari dulu nih" kata Udin.
"Apa itu? tanyakan aja semuanya biar gak penasaran" tegas Sina.
" Benar nih? oke, aku punya beberapa pertanyaan untuk sekarang, mengapa kamu mau berteman dan dekat sepertiku yang 'cemong' ini?kenapa kamu gak menghinaku dan membenciku seperti yang lain?" tanya Udin.
"Kamu punya salah apa sama aku? kenapa perkataanmu begitu kasar terhadapku? Aku sayang kamu dan teman-teman yang lainnya, karena kalian termasuk didalam hidupku.Meski kalian nakal-nakal, tapi itulah tingkatan per-usia kita menuju kedewasaan. Hidup labil menjadi hidup yang stabil dan keluarbiasaan. Itulah jawabanku atas pertanyaanmu, bagaimana?" jelasnya dengan tegas.
"jadi begitu? terimakasih atas segalanya, Sina." Ucapan Udin.
Tidak hanya itu, Sina juga menjawab 'pertanyaan Udin untuk sekarang' yang lain dengan jelas dan jujur.Hingga tak menyadari mereka telah sampai di taman biasa mereka kumpul. mereka melakukan hal-hal biasa yang mereka lakukan.

--------- Kelas tiga SMA,
Ujian nasional yang diadakan telah mereka selesaikan dengan usaha yang begitu semangat bersama tuntunan Bapak dan Ibu Guru beserta keluarga.
"Bagaimana tadi UAN terakhirnya? sukses?" tanya Sina.
"Enak banget lho, aku aja kepingin nambah mengerjakannya" Jawabnya dengan tegas.
" Nambah? ih aku itu serius ko kamu malah bercanda sih" jawabnya dengan ekspresi ngambek.
"Aku juga serius ko, kalau nggak percaya ntar liat aja nilainya. Lebih bagus nilaiku atau nilaimu? hmm?" tegasnya.
Sebulan kemudian pengumuman di ruang pengumuman bahwa esoknya hasil nilai akan tiba, dan pihak sekolah menyuruh kita untuk siap mental dan mengikuti aturan pengambilan nilai sekolah.
-------------Tiba waktu pengambilan nilai,
"hey, gimana nilaimu? pasti jelek kan? lihat nih nilaiku sembilan semua" Ejek Sina yang mendapatkan nilai rata-rata 9.0.
"Diharap tenang anak-anak, ada pengumuman yang menakjubkan dari teman kalian nih" Ucap salah satu guru. Beliau mengumumkan berita mengenai kelulusan anak-anak dan nilai tertinggi yang didapatkan oleh Udin dengan rata-rata 9.8.
 Sina ikutan kaget saat yang lain menjerit kaget tidak percaya, tapi Udin berusaha mengalihkan perhatian Sina dengan mengajaknya mengobrol lagi.
"Selamat ya Udin kamu telah diterima di universitas tersebut dan lulus meskipun aku tak kamu kasih liat nilaimu" Berjabat tangan dan pasang mimik penasaran.
"Kamu juga Sina" Senyum Udin kepadaku.

------------Seminggu setelah itu,
Udin mengirim pesan kepada Sina untuk menemuinya di taman biasanya, dan mereka sepakat untuk bertemu nanti pukul tiga sore.
Sina telah tiba duluan di taman tersebut lebih awal pukul dua, sembari menanti Sina membaca novel hingga tertidur di tikar di bawah pohon kersen.
Bayangan gelap menutupi wajahnya, membangunkannya dengan suara sayup.
"Hai Sina, udah menungguku lama ya? hingga kamu tertidur" tanya sumber suara tersebut.
"Kamu???/" tanyaku kaget.
"Iya ini aku, sejak kapan kamu menungguku?. tanya dia santai.
"Kok menunggumu? nggak kok, aku menunggu temanku. Kamu kok tau tempatku dan kenapa kamu kemari?" tanyaku bertubi-tubi.
Dia menjelaskannya dengan memakai dan melepaskan kacamata serta barang-barang atau ciri khas dari temannya, Udin. Sina yang masih kaget hanya bisa terdiam menanti penjelasan selanjutnya dari dia.
" Aku sengaja, karena aku sayang kamu lebih dari teman dan aku menginginkanmu dan hatimu. Aku telah membuktikannya selama ini dengan 'Udin', kuharap kamu megerti" jelas Udin.
--- hening selama kurang lebih 15 menit---
“Siapa kamu? Aku pernah bertemu, tapi dimana aku lupa” Suara pembuka Sina.
“ Ya ini aku, Udin.Tapi sekarang sudah tidak” Jawab Udin sembari lontarkan senyum manisnya.
" Oooh kau rupanya. Aku mencarimu setahun yang lalu didepan rumahku, aku ingin tanya mengenai dirimu, tapi kau menghilang seketika" jawab Sina.
"Jadi kamu masih belum ingat? aku berusaha membuatmu ingat diriku karena aku tahu bahwa kamu amnesia karena kecelakaan" Jelasnya makin membingungkan Sina.
"Ini" jawabnya sembari memberikan sisir rambut bertulis SiRo.
"Rain???" jawabku kaget.
" Iyaaa, ini aku Rain. Aku merindukanmu sedari dulu tapi telah terbalaskan sejak tiga tahun berlalu bersamamu" Ucap Rain.
"Aku ingin bersamamu selamanya, melengkapi kehidupan yang kosong setelah lama tak bertemu. aku mencintaimu, maukah engkau?" tanya Rain mengagetkanku.
"Aku masih belum bisa menerima aktingmu ini, aku masih shock" Jawabku dengan nada sedikit marah.
"Akan aku tunggu jawabanmu dan dirimu di tempat ini dua tahun lagi" jawabnya.
"Mengapa dua tahun lagi? kamu mau kemana?" tanya Sina.
"Aku akan mencari ilmu serta kerja untuk memberimu nafkah kelak, di luar negeri. Hanya dua tahun, aku berjanji kepadamu, Sina" jawabnya tegas.
" nggak bisa aku kasih jawabannya sekarang?" tanyaku lagi.
" Jangan, karena jawabanmu merupakan target yang ingin membuatku segera kembali" jawabnya.
"baiklah, hati-hati dan jangan lupa jaga kesehatan dan kehidupanmu disana" pintaku sambil menangis.
Dipeluknya aku dan menghapus air mataku.

------------------------------------------------------------------------------------ +Bersambung...